♛《SUMBER INFORMASI》♛

Jumat, 11 Februari 2022

Pasola berasal dari kata "Pa" yang artinya permainan dan "Sola" atau "Hola" yang berarti tongkat lembing kayu. Artinya, permainan dengan menggunakan tongkat kayu lembing.

Pasola berasal dari kata "Pa" yang artinya permainan dan "Sola" atau "Hola" yang berarti tongkat lembing kayu. Artinya, permainan dengan menggunakan tongkat kayu lembing. Meski disebut permainan, Pasola bukan sekadar bersenang-senang. Ada makna dalam permainan yang dimainkan ratusan pemuda ini, yakni permohonan restu kepada Sang Dewa. Dalam kepercayaan Marapu, tradisi Pasola dianggap mampu menjaga keharmonisan antara arwah leluhur nenek moyang dengan manusia. Dari keharmonisan manusia dengan leluhur ini diharapkan Sang Dewa memberikan keberkahan dan kemakmuran bagi masyarakat Sumba.



"Pelaksanaan Pasola harus didahului dengan tradisi adat 'Nyale' di mana tradisi ini dilakukan untuk mengetahui tahun ini panen di daerah ini melimpah atau tidak. Jika melimpah, maka bisa dilihat dari 'nyale' yang melimpah di pesisir pantai," kata Rato Waigali dari Mawu Hapu Wanokaka.

Nyale adalah cacing laut yang berwarna warni. Biasanya Nyale ditangkap masyarakat kemudian dimasak dan dijadikan makanan yang dicampur dengan kelapa. Saat dilaksanakannya tradisi Nyale, dua orang Rato berjalan ke pesisir pantai memanggil dan nyale agar muncul. Bersamaan dengan pemanggilan Nyale, beberapa Rato juga memantau situasi di sekitar acara adat pemanggilan nyale.

"Bila para Rato menemukan banyak nyale yang sehat, gemuk, dan berwarna-warni, itu tandanya Dewa merestui dan Pasola akan dilakukan," ujar dia.

Namun bila nyale yang ditemukan kurus dan tidak sehat maka Pasola tidak bisa dilaksanakan.

Bersyukurlah karena pelaksanaan adat menghasilkan banyak Nyale, masyarakat dipersilakan turun ke pesisir pantai untuk menangkap nyale. Ada yang membawa botol aqua hingga ember untuk menangkap nyale itu. Pelaksanaan Pasola juga berkaitan dengan melimpahnya hasil panenan di wilayah Wanokaka.

"Biasanya dalam Pasola akan ada yang meninggal, agar menjadi tumbal sehingga panenan melimpah, tetapi tradisi dan kepercayaan itu perlahan-lahan mulai ditinggalkan," ujar Rato Waigali.

Ketika Pasola digelar, semua warga tumpah ruah di padang rumput luas termasuk dengan wisatawan dari berbagai daerah. Setelah dibagi menjadi dua kelompok yang terdiri dari 100 pemuda lebih pada masing-masing kelompok, Pasola pun dimainkan. Dengan bersenjatakan tombak atau lembing kayu yang tumpul dan juga kuda sebagai sarananya, kedua kelompok tadi akan saling serang dengan melemparkan lembing ke arah lawan. Meski tumpul, namun lembing kayu tadi bisa jadi melukai dan membawa jatuh korban.

Sejumlah wisatawan asing mengaku sangat menikmati tradisi menangkap Nyale dilakukan menyambut Pasola di daerah itu. Peter, misalnya, wisatawan asal Belanda yang menyaksikan tradisi Nyale dan Pasola mengaku kagum dengan tradisi nenek moyang orang Sumba yang hingga kini masih dijaga.

Dia berharap pulau Sumba yang indah dan tradisi nenek moyang ratusan tahun itu tetap dijaga.


Share:

Posts Per Page

20
Diberdayakan oleh Blogger.

Comments

About Me

Featured Post

Rumah Adat wainyapu terbakar

Rumah Adat Wainyapu Terbakar Musibah terjadi lagi di kodi balagar kecamatan kodi balagar desa wainyapu Rumah Adat Wainyapu terbakar tengah p...

Formulir Kontak

Nama

Email *

Pesan *

Cari Blog Ini

Archive

Social

Gadgets

Technology

Business

About Us

Photography

Sports

Text Widget